Ditulis oleh:
Ekomaung Noer Kristiyanto
Terkadang sempat terpikir betapa meruginya diri penulis andai tidak dibesarkan di Bandung dan mengenal apa itu PERSIB. Ya, beruntunglah kawan-kawan kita semua yang telah mendapat “hidayah” menjadi seorang bobotoh PERSIB, tak dapat dipungkiri itulah salah satu karunia terindah yang pernah diberikan oleh-Nya bagi mereka yang merasakannya.
Mengapa menjadi bobotoh begitu istimewa dan luar biasa? Bukankah sama saja dengan mereka yang mengaku dirinya jakmania,aremania,persikmania,viola dll.Dengan lantang dan tegas, mereka yang merasa dirinya bobotoh akan menjawab “beda!”.
Secara arogan akan muncul begitu banyak argumen tentang mengapa menjadi bobotoh jauh lebih “suci” dan “sakral” jika dibandingkan menjadi suporter sepakbola lain ditanah air ,namun jika kita kaitkan dengan kata “hidayah” diatas yang merujuk kepada sebuah petunjuk dari Tuhan, tidak direkayasa dan muncul tanpa paksaan.Maka “hidayah” yang berkonteks dalam ranah fanatisme murni supporter sepakbola tentang kecintaan terhadap klub akan sangat mudah kita arahkan kepada PERSIB dan bobotohnya.
Jauh sebelum lahirnya kelompok supporter bernama Viking (yang konon total anggotanya mencapai 40.000 orang), PERSIB telah dikenal memiliki begitu banyak pendukung fanatik(baca: bobotoh-red) yang tersebar terutama di Jawa Barat yang dalam beberapa pertandingan stadion senayan yang berkapasitas 100.000 tempat duduk pun tak mampu menampung animo mereka. Dalam artian jika Viking yang merupakan bagian kecil dari bobotoh saja berjumlah demikian banyak, bayangkan jumlah total bobotoh terhitung sejak Viking belum dideklarasikan pada tahun 1993,ini berbeda dengan kelompok supporter lain yang hadir karena memang direkayasa dengan cara deklarasi,sengaja mengumpulkan massa atau bagaimanapun caranya,biasanya supporter jenis ini pada awalnya memang berbentuk organisasi, barulah banyak anggota yang bergabung. Sebagai ilustrasi, lihatlah supporter-suporter klub yang muncul beberapa tahun kebelakang, mana ada yang mengenal supporter persik adalah persikmania,supporter persija adalah jakmania,supporter arema adalah aremania pada kurun 10 tahun yang lalu, karena dapat dikatakan massa mereka tidak identik,melainkan hanya segelintir simpatisan saja, misalkan saja aremania bubar tentunya tak akan ada yang namanya supporter khas arema malang, ataupun benteng viola tidak lagi eksis tentunya persita tak memiliki lagi pendukung identik distadion,begitupun dengan kelompok-kelompok supporter lainnya, andai saja kelompok-kelompok supporter yang muncul karena “trend” dikota-kota di tanah air ini bubar maka dapat dipastikan tak ada lagi pendukung yang identik dengan klub bersangkutan berdomisili, namun tentunya ada beberapa perkecualian setidaknya untuk kota-kota yang sejak awal memang memiliki tradisi sepakbola yang mengakar dan dikenal memiliki pendukung fanatik dengan jumlah banyak seperti Medan,Bandung,Surabaya dan Makasar.Misalkan saja Viking terpaksa bubar, tentunya yang namanya bobotoh akan tetap ada dan siap membirukan stadion saat PERSIB berlaga,begitupun pula jika persebaya fansclub,fazters ataupun YSS gulung tikar,yang namanya bonek tentunya tetap banyak dan selalu ada untuk mewarnai langkah Persebaya, hal yang sama berlaku andai saja KAMPAK di Medan ataupun Maczman di Makasar lenyap dari bumi nusantara,supporter-suporter alami dan simpatisan mereka yang fanatik tetap akan selalu ada seperti era perserikatan dahulu.
Menjadi bobotoh memang seakan menjadi takdir dan dorongan alami saat seseorang melihat ayah,kakek, atau lingkungan sekitar begitu kental dan selalu membicarakan tentang sepakterjang “sang idola”,PERSIB Bandung. Bahkan sulit menceritakan kapan persisnya seseorang jatuh hati kepada PERSIB, karena rasa itu seakan hadir dan melekat secara alamiah dalam perjalanan hidup seorang bobotoh.Rasa itu hadir tanpa perlu dideklarasikan,diorganisir dan direkayasa dalam segala keterikatan formal.Jika saja saat ini muncul kelompok supporter seperti Viking, toh itu hanya karena kebutuhan saja, karena jumlah anggota dan banyak hal yang perlu distrukturisasi, jauh sebelum dan tanpa itu pun mereka tetap bobotoh yang hingga kapan pun memiliki keterikatan emosional dengan bobotoh non-Viking, jadi bukan ketika menjadi anggota Viking seseorang dianggap menjadi bobotoh PERSIB,namun ketika yang bersangkutan mulai terpikat oleh pesona PERSIB,dapat dipastikan sebelum bobotoh berbaju fansclub dia tentu telah menjadi seorang bobotoh,jikalau memutuskan bergabung dengan bendera fansclub itu hanyalah sebuah pilihan yang mempertimbangkan banyak faktor seperti kawan, territorial, gaya hidup dll….namun satu yang pasti ,menjadi bobotoh bukanlah sebuah pilihan, bobotoh adalah “hidayah”, mungkin itulah kata yang paling tepat, dalam konteks unik ala supporter tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar