Oleh : Mahasiswa Yang Belum Lulus
Tak terasa hari sudah mulai meninggalkan momen itu, ya momen dimana saya dan ribuandulur-dulur saya (BOBOTOH) ikut mengantarkan sang PANGERAN BIRU bertarung untuk menuju singgasana tertingginya Selasa 04 November 2014 dimana dihari tersebut saya harus meninggalkan bimbingan skripsi saya, meninggalkan satu pekerjaan saya sebagai pengamen, dan meninggalkan teman hati saya (AYA?? Insya Allah Aya hehehe), dan dimana saya tidak memberi tahu ibunda tercinta, sampai ibu saya pun kaget ketika tahu kalau saya sudah ada di kota pempek, dan yang membuat saya takut adalah ketika ibu saya membuat status di PM BBM (Personal Message) seperti ini “Rupi-rupi nya, miwarang soteh KULIAH sanes miwarang janten BOBOTOH!!! tapi entah kenapa pada saat itu, saya seolah-olah tidak menghiraukan status bbm ibu saya, karna yang saya pikirkan adalah fokus untuk mendukung PERSIB, (heheh hapunten nya mamah, da PERSIB na tos JUARA, hehehehehe) dan entah kenapa tidak ada rasa penyesalan sedikitpun dalam diri saya untuk meninggalkan segala sesuatu yang bisa saya lakukan di Kota Kembang Bandung.
Di hari itu, rasa lelah, “Nyeri awak” setelah kurang lebih 25 jam perjalanan menuju Kota Palembang hilang dengan seketika, saya bersama semua BOBOTOH di istirahatkan di sebuah tempat Paguyuban Orang Sunda di Palembang. Hari pun sudah mau menginjak sore, dan kami pun diberangkatan menuju Gelora Jakabaring. Sesampainya disana, tepatnya di area “Aquatic Jakabaring Center” saya melihat sosok anak kecil yang duduk di di atas pagar area itu sambil mengayunkan kedua kakiknya, dan banyak orang yang memanggil anak itu “JAY… JAYA…” JAY difoto JAY..” dengan polosnya raut muka dan tatapan mata yang penuh keceriaan, anak itu menengok pada orang yang memanggil namanya.
JAYA?? Oh itu yang namanya JAYALAH PERSIBKU putra Alm. Mang Ayi, saya tau Almarhum, tapi saya adalah orang yang kurang beruntung karna saya tidak terlalu dekat dengan beliau. Jujur, melihat langsung putra beliaupun baru saat itu, tapi saya merasa jadi lebih dekat dengan Alm, merinding… sumpah saya sempat terdiam terus menatap wajah polos putra sang panglima, melihat senyum sumringah Jaya. Rasa lelah saya benar-benar terobati, dan berubah menjadi rasa kagum, penasaran terhadap putra panglima yang sering di sapa Jaya itu.
Setelah memasuki stadion, dan menunggu tarung PERSIB melawan Arema, saya di buat merinding oleh sosok anak yang tadi saya lihat duduk di atas pagar Aquatic Jakabaring Center, Jaya… ya saya melihat dia lagi, tapi bedanya pada saat itu saya melihat dia berdiri di tempat dirigen supporter yang terbuat dari besi yang biasa dipakai untuk merenovasi bangunan, saat itu jaya dan ribuan bobotoh membuka baju, karena status bobotoh masih dalam keadaan terhukum komdis PSSI dan terpaksa kita mendukung Persib tanpa menggunakan atribut. Saat itu saya dibuat merinding berkali-kali oleh putra panglima, ketika Jaya memimpin ribuan bobotoh dan berteriak PERSIB BANDUNG…. “prok..prok..prok…prok..prok.. (serta suara terompet tangan dan suara tambur yang bergema) berulang-ulang di gemakan.
Saya tak henti-henti untuk memotret putra sang panglima yang telah membuat saya kagum, dan mampu menghipnotis tribun. Anak seumuran Jaya yang seharusnya ada di rumah, mengerjakan PR, atau duduk manis sambil menonton televisi, ini malah ada di tengah-tengah ribuan Bobotoh, salut untuk Jaya, dan menjadi nakhoda di tribun selatan stadion Jakabaring Palembang. Sumpah saya baru pertama kali ini melihat ribuan supporter yang di komando oleh seorang anak kecil, mungkin menurut saya sebagai orang awam, ini terjadi hanya ada di supporter
PERSIB, tapi tidak tahu juga sih heheh.
Ada sebuah nyanyian yang dikomando oleh Jaya dan membuat saya tertawa, nyanyian yang ini “Abang tukang baso mari-mari sini saya mau beli” berkali kali di nyanyikan (ini bukan nyanyian rasis loh ini lagu anak-akak) dan juaaraaa lahh hahaha. Satu tribun di jakabaring benar-benar di hipnotis oleh putra sang panglima, sampai peluit pembuka pintu final di tiup oleh wasit, jaya pun tetap berdiri di tempat dirigen, dan mengomando lagu “SAKITNYA TUH DISINI DI DALAM HATIKU” dan lagu “MEONG…MEONG…MEONG…” saya yakin yang berada di tribun pada saat itu merasakan hal yang sama seperti saya. Menurut saya kehadiran Jaya di Jakabaring adalah pengobat rasa rindu kita (BOBOTOH) terhadap sosok Alm. Mang AYI BEUTIK.
Terimakasih Putra Panglima JAYALAH PERSIBKU, Terimakasih sudah menghipnotis tribun, dan terimakasih telah membuat saya menjadi merasa lebih dekat dengan sosok Alm. Mang AYI BEUTIK. Sing soleh, bageur, pinter, cageur, tetap JAYA untuk PERSIB. PERSIB JUARA!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar