Arema memang akan terus menguning dan menguning perlahan-lahan, sebab Arema bukan lagi milik Bentoel dengan warna khas Bentoel yakni biru, tapi kini Arema milik Golkar yang pastinya dengan warna khas kuning Golkar.
Lalu bagaimanakah konspirasi antara Arema dengan Golkar?
Nurdin Halid pernah mengklaim bahwa kesuksesan timnas Indonesia di ajang piala AFF 2010 kemarin merupakan buah kerja kerasnya dan partai Golkar. Apakah mungkin, kesuksesan Arema Indonesia musim kemarin, SCM Cup 2015 pun ada relevansinya dengan Partai yang diketuai oleh pengusaha Aburizal Bakrie tersebut? Lalu bagaimana dengan kiprah Arema di LSI jilid kedua?
Sedikitnya penulis memiliki argumen logis untuk membongkar keganjilan dan kacau balau nya “wahana hiburan” yang paling digemari rakyat Indonesia ini, yang belakangan terdengar kabar adanya mafia pengaturan skor.
Arema Malang kini telah berganti nama menjadi Arema Cronus, setelah sebelumnya bernama Arema Indonesia. Kita tahu bahwa, saat ini Arema bukanlah tim yang diperhitungkan di pentas sepak bola Indonesia karena Arema telah menurun kualitas pemainnya, tidak lagi seperti dulu. Tetapi, pada SCM Cup 2015 kemarin, Arema bisa menjadi jawara kompetisi itu.
Di awal kompetisi September 2009 lalu, Arema mengalami krisis finansial klub, PT Bentoel Indonesia yang kala itu menjadi sponsor utamanya sekaligus pemilik Arema, cabut lantaran British American Tobacco pemilik baru perusahaan rokok itu, melarang Bentoel mengurus klub olahraga.
Arema pun kelimpungan. Apalagi orang-orang Bentoel di Arema mundur satu per satu. Darjoto Setyawan, Ketua Yayasan Arema, dan Gunadi Handoko, Direktur Utama PT Arema, mengundurkan diri. Berbagai skenario penyelamatan pun dicoba manajemen Arema. Mereka (manajemen Arema) bahkan pernah menjajaki merger dengan klub sepupunya, Persema Malang. Tapi gagal.(Tempo, 24/01/11)
Namun nasib berkata lain, ditengah situasi dan kondisi yang sekarat tersebut, beruntung mereka diselamatkan oleh para “Ksatria bertopeng”, bahkan mengantarkan hingga Arema ke tangga bertopeng tersebut tidak lain adalah orang-orang yang satu sama lain saling memiliki keterkaitan, dan mungkin mereka telah menentukan tujuan-tujuan terselubung dibelakang Badan Sepakbola Tertinggi di Indonesia, PSSI. Mungkinkah mereka juga mengatur semuanya sehingga Arema bisa juara?
Mereka adalah Ketua umum partai Golkar saat ini, sekaligus pendiri usaha Bakrie grup Aburizal “ical” Bakrie serta adik kandungnya Nirwan Bakrie pendiri proyek pengembang perumahan bernama Ijen Nirwana Residence yang juga Wakil Ketua umum PSSI, lalu Presiden Direktur PT. Liga Andi Darussalam sekaligus merangkap sebagai pembina Yayasan Arema dan, Ketua Umum PSSI nya sendiri yaitu Nurdin Halid.
Ketika Arema kewalahan untuk mengatasi krisis keuangan klub, beruntung ada kelompok usaha yang mau menolong krisis Arema. Yaitu, Ijen Nirwana Residence yang mau menolong untuk menggantikan Bentoel menjadi sponsor utama mereka, usaha yang didirikan Nirwan Bakrie yang juga termasuk Bakrie grup ini menggelontorkan dana segar Rp 7,1 Milyar saat itu. Pembayaran gaji pemain, ofisial, serta tim pelatih akhirnya bisa dilunasi. Namun, hal tersebut membuat Arema pada LSI musim 2010/2011 sekarang ini masih memiliki hutang.
Lalu, apakah juaranya Arema saat itu merupakan bagian skenario para Ksatria Bertopeng yang disisi lain mereka (Ksatria) pun ingin mencapai ekspektasi terselubung? Bagaimanakah “kongkalikong” yang terjadi?
Mensinyalir bahwa adanya kepentingan lain ditubuh PSSI, asumsinya, PSSI dibawah pimpinan Nurdin Halid telah disetir oleh Aburizal ical Bakri. Mengapa demikian? Ya, Ical adalah Ketua Umum Partai Golkar sedangkan Nurdin Halid merupakan salah satu Kadernya. indikasinya, Nurdin pernah menyatakan statement kepada media dan publik mengenai suksesnya Timnas di piala AFF 2010 kemarin. “Timnas sukses berkat saya sebagai kader Golkar.” Sungguh sangat kontroversial sekali.
Kalimat yang secara sengaja serta tidak langsung yang membuat orang awam pun dapat menilai statement tersebut berimplikasi untuk menaikan pamor Partai Golkar. Bahkan di sisi lain Nurdin telah menafikan keinginannya untuk menjauhkan PSSI dari sentuhan politik. Dugaan tersebut sangat kuat dengan kecurigaan adanya “kongkalikong” antara ical dan Nurdin Halid.
Lalu “kongkalikong” lainnya, adanya hubungan se-darah antara Ical dan adik kandungnya Nirwan Bakri sebagai wakil ketua umum PSSI membuat badan sepakbola tertinggi di Indonesia tersebut dicurigai telah mengatur seluruh pertandingan untuk men-juarakan Arema. Asumsinya bahwa Nirwan Bakrie tidak mau rugi terhadap modal yang telah ditanamnya di Arema yang disisi lain juga Nirwan ingin menaikan proyek usaha Ijen Nirwana Residence nya ke permukaan publik dengan cara sengaja menaikan prestasi Arema.
Dengan kewenangannya sebagai Wakil Ketua umum PSSI Nirwan bisa menguntungkan bisnisnya dengan memanuver kompetisi bersama dukungan Nurdin sebagai Ketuanya dan Andi sebagai Presiden Direktur Liga yang juga pembina yayasan Arema. Tentunya Nurdin dan Andi pun sama-sama mendapat keuntungan.
Lalu bagaimana peran Andi Darussalam? Peran Andi Darussalam tak kalah besar. Dia turun tangan langsung ketika Arema mengalami krisis keuangan “Saya punya ikatan batin yang kuat dengan Arema,” ujarnya. Menurut Andi, Arema harus diselamatkan untuk menjadi proyek percontohan bagaimana sebuah klub profesional dikelola dan sukses. Tak hanya soal dana, Andi juga mencarikan pelatih dan pemain asing terbaik.(Kompas, 24/01/11)
Dengan kewenangannya sebagai Presiden Direktur PT. Liga tentu beragam cara dilakukan untuk mengatur perjalanan Arema Indonesia karenadia pun merangkap jabatan sebagai pembina yayasan Arema. Sungguh ironis, rangkap jabatan yang dimilikinya, dikhawatirkan akan lahirnya rasa Aremasentrisme pasti menyatu dengan jiwanya. Selain itu pun Andi Darussalam adalah orang kepercayaan Bakrie dalam penyelesaian krisis Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Sangat relevan dan kompleks sekali bukan kasus ini.
Makin kesini gejolak masyarakat terhadap kinerja buruk perangkat PSSI tambah beringas. Sempat terjadi insiden, masih ingat, amarah Suporter Persib Bandung tak bisa diredam saat laga Persib lawan Arema di Bandung, 23 Januari 2011 lalu. Mereka rusuh ditengah-tengah pertandingan karena menilai wasit Najamudin Aspiran yang menjadi juru pengadil pada laga itu berpihak pada tim Arema, apa mungkin ini bagian “kongkalikong” jilid ke dua? kerusuhan melebar hingga ke semua sektor stadion dan pertandingan pun terhenti selama kurang lebih 30 menit.
Sebelumnya pada laga tersebut, beragam manifestasi kekesalan terhadap PSSI telah diwujudkan dalam bentuk poster-poster hujatan terhadap PSSI serta perangkat pertandingan sekaligus unsur politik banyak ditunjukan oleh Bobotoh (sebutan suporter Persib), hal itu terlihat di layar televisi ANTV yang saat itu menyiarkan langsung.
Dapat disimpulkan, PSSI sebagai pemegang otoritas sepakbola tertinggi di Indonesia era Nurdin Halid ini nampaknya bisa ditaklukan oleh jajahan hegemoni Politik serta praktek uang didalamnya. Tidak menampik kemungkinan, Kepentingan Politik yang dilakukan Ical dan Nurdin, kepentingan Bisnis Nirwan dan Bakrie grup, lalu kepentingan yayasan Andi Darussalam dengan output uangnya akan menjadi kunci kesuksesan bagi Golkar, Bakrie Grup dan “si anak beruntung” Arema Indonesia.
Dimanakah Integritas PSSI? Aneh kan bila sepakbola di politisasi? Secara sarkas, apakah seorang mantan napi dan koruptor masih pantas menjabat sebagai Ketua Umum? apakah etis bila orang PSSI memiliki keterikatan mendalam secara eksplisit dengan Klub kecintaannya, bukankah PSSI itu harus Netral? Dan terakhir apakah musim ini Arema yang masih memiliki keterikatan dengan para petinggi PSSI akan menjadi jawara kembali melalui skenario yang mungkin telah menjadi konspirasi kembali oleh PSSI?
Untuk membongkar kebobrokan PSSI saat ini, pemerintah diwakili KONI maupun Kemenpora perlu membentuk satgas penyelidik konspirasi ini dengan sikap netral, serta memiliki rasa peduli terhadap sepakbola Indonesia demi kemajuannya, bahkan boleh juga bila melibatkan KPK untuk memeriksa praktek uang didalamnya. tentunya pembentukan haruslah dilakukan oleh orang yang tak memiliki hubungan dengan internal PSSI agar tidak menimbulkan konspirasi.
PSSI harus segera di reformasi, ganti semua orang-orang di tubuh PSSI dengan orang yang memiliki integritas yang baik, paham sepakbola, tidak terlibat dalam dunia Politik, serta memiliki kesadaran untuk kemajuan sepakbola bangsa. Jangan bermimpi bisa masuk Piala Dunia jika masih seperti ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar